Oleh Yusdi Usman
Media sosial (medsos) merupakan sebuah revolusi. Ya, revolusi dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Mengapa revolusi? Karena perkembangannya yang sangat cepat dalam satu dekade terakhir ini.
Bayangkan kalau anda tinggal di era Orde Baru tahun 1980-an atau lebih lama lagi pada masa Orde Lama tahun 1950-an. Bagaimana suasana kehidupan saat itu? Bisa jadi, sesuai dengan perkembangan zaman, kehidupan masyarakat saat itu baik-baik saja. Tak ada masalah dengan hambatan komunikasi dan interaksi sosial.
Demikian juga era Orde Baru yang saya rasakan tahun 1980-an sampai tahun 1990-an, dimana komunikasi masih menggunakan telepon kabel di warung telekom (wartel). Internet saat itu, kalaupun sudah ada, masih 2G. Saya sendiri baru mulai merasakan teknologi internet saat awal tahun 2000-an, setelah Suharto jatuh.
Jadi, perkembangan medsos merupakan sebuah revolusi yang mengubah semua tatanan komunikasi dan interaksi manusia di muka bumi ini. Tentu saja tidak semua manusia. Karena, masih banyak penduduk bumi yang belum bisa mengakses internet dan masih hidup dalam kemiskinan.
***
Baiklah. Kita masuk ke pokok masalah, yakni bagaimana jangan mudah baper alias bawa perasaan alias mudah tersulut emosi saat berinteraksi di medsos. Bagaimanapun, medsos memberi kebebasan bagi penggunanya untuk mengekspresikan apa yang dipikirkannya dalam sebuah status. Makanya, facebook selalu bertanya: “What’s on your mind?“, atau twitter: “What’s happening?“.
Yang menjadi masalah adalah tidak semua orang bisa membuat status yang menyenangkan kita. Ada saja status orang yang membuat telinga kita memerah. Apalagi status sensitif yang menyerempet isu politik dan agama. Dipastikan akan membuat banyak orang tersinggung, atau minimal bersikap resisten.
Tentu tidak mudah menghadapi medsos dengan berbagai tipe orang dan kepentingan dibalik status yang disampaikannya. Pemerintah sebenarnya sudah membuat pagar kebijakan untuk menghindari penyalahgunaan medsos, yakni UU ITE. Sayangnya, banyak pihak mengatakan bahwa UU ITE ini justru menjadi UU karet yang cenderung membatasi kebebasan berpendapat.
***
Lalu, bagaimana dong bermedsos yang sehat. Baiklah, saya akan memberikan beberapa tips dalam bermedsos yang baik dan sehat untuk kita semua.
- Saat anda mulai bermedsos, tentukan tujuan anda adalah untuk kebaikan, menyebarluaskan informasi yang berguna bagi siapa saja yang membacanya.
- Jangan membuat status dalam kondisi emosional, tidak tenang, atau sedang banyak masalah dan anda mengalami stress.
- Karena itu, buatlah status yang bermanfaat. Anda bisa merasakan apakah status yang akan anda buat itu bermanfaat atau tidak, atau justru akan membawa masalah bagi anda. Pikirkan berulang kali sebelum diposting.
- Kalaupun anda harus mengkritik pemerintah, korporasi, orang lain, atau teman anda sekalipun, kritiklah dengan baik untuk menghindari tuntutan hukum.
- Camkan dalam pikiran anda bahwa medsos adalah media untuk merawat pertemanan. Karena itu, jangan membuat permusuhan di medsos.
- Buang jauh-jauh pikiran bahwa anda akan melapor ke polisi jika ada orang menghina anda, memaki anda, dan sebagainya.
Demikian sedikit tips dari saya. Saya sendiri sering dihina orang di medsos, terutama twitter, saat menulis status tertentu. Padahal, status saya bagus dan ilmiah. Dan prinsip saya: jangan baper. Biarkan saja orang menghina atau memaki. Dan, jangan pernah menggunakan UU ITE untuk menjerat orang lain.
Ayo kita menggunakan medsos secara baik dan sehat.
Depok, 10/2/2021