Alizar Anwar: Semangat Belajar Sampai Usia Senja

Layar laptop masih tampak terang. Kursor bergerak-gerak menunjuk ke arah tertentu di layar itu. Di atas keyboard terlihat jari-jemari bergerak pelan. Semua tampak biasa-biasa saja. Sebuah kebiasaan melakukan pengetikan di atas laptop, yang juga bisa dilakukan oleh semua orang. Yang luar biasa adalah orang di depan layar laptop itu. Beliau adalah Bapak Alizar Anwar. Selanjutnya dalam tulisan ini saya sebut Alizar Anwar saja.

Apa yang luar biasa dari seorang Alizar Anwar? Semangat belajarnya! Ya, semangat belajar seorang Alizar Anwar sampai usia senja. Ia adalah calon Ph.D dari sebuah universitas di Malaysia. Di usianya yang memasuki 77 tahun, semangatnya untuk belajar tidak pernah kendur. Pernah jatuh bangun menempuh pendidikan S3, sampai akhirnya tiba juga di penghujung kesuksesan.

***

Alizar kecil tidaklah hidup dalam keluarga berada. Ia lahir dari sebuah keluarga sederhana pada 8 September 1944. Ayahandanya bernama Anwar, seorang pedagang kecil di Nagari Kacang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Saat usia Sekolah Dasar, Alizar ikut orang tuanya merantau ke Kisaran, Sumatera Utara. Ia menghabiskan waktu selama 4 tahun di Kisaran dan bersekolah di SR (Sekolah Rakyat) Muhammadiyah Kisaran sampai kelas 4. Saat ia masuk kelas 5, orang tuanya kembali ke kampung halaman, sehinga ia harus meneruskan sisa sekolahnya di SR di kampung halamannya di Solok. Alizar menyelesaikan pendidikan SMP dan SMA juga di Kota Solok.

Pada tahun 1963, Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan kegiatan seleksi penerimaan mahasiswa baru di Kota Padang. Alizar ikut seleksi dan lulus di jurusan Teknik Kimia. Ia ikut seleksi ITB hanya karena kegiatan seleksi itu diadakan di Kota Padang. Seandainya dilaksanakan di kota lain yang jauh, maka ia tidak pernah berfikir untuk ikut seleksi itu.

Setelah lulus seleksi, yang terbayangkan oleh Alizar muda adalah bagaimana ia bisa menjalani kuliah di Kota Bandung, mengingat orang tuanya yang hanya seorang pedagang kecil. Mungkinkah mimpinya untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga bisa diwujudkan? Banyak pertanyaan lain berkecamuk dalam pikiran Alizar muda saat itu.

Akhirnya ia nekat berangkat ke Bandung. Sampai di Bandung, lagi-lagi ia harus memutar otak dan mencari cara bagaimana supaya bisa bertahan hidup dan sukses menjalani kuliah. Beruntungnya, ia berkenalan dengan seorang warga Bandung asal Minang. Orang inilah yang membantunya pada tahun-tahun awal kuliah di ITB.

Keberuntungan juga memihaknya pada tahun ketiga kuliah di ITB. Ia ikut seleksi beasiswa PT. Caltex, sebuah perusahaan minyak di Riau. Dan, ia lulus. Beasiswa Caltex inilah yang membawa Alizar dapat menyelesaikan kuliahnya di ITB tahun 1971.

***

Alizar muda adalah orang yang suka berfikir out of the box. Ia tidak mau menjalani hidup biasa-biasa saja. Ia juga tidak mau terjebak dalam permainan politik. Karena itu, ia memilih menjadi abdi negara alias Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Ia diterima sebagai PNS pada tahun kelulusannya, yakni tahun 1971. Ia bergabung dengan Kementerian Pekerjaan Umum bagian air minum. Pada tahun 1974, ia melanjutkan sekolah S2 di Belanda, yakni di IHE-Institute Hydrolic Engineering).

Lalu, pada tahun 1994, Alizar memilih pensiun dini sebagai PNS. Saat itu ia berfikir bahwa jika tetap menjadi PNS sampai pensiun normal, maka setelah itu ia akan kesulitan beraktifitas sebagai pensiunan. Namun, jika ia memilih pensiun lebih awal, maka ada waktu yang cukup baginya untuk membangun bisnis dan menekuni pekerjaan konsultansi secara profesional.

Pilihannya tepat. Banyak teman-temannya yang pensiun normal menghadapi pos power sindrome saat tua. Alizar tidak demikian. Ia tetap produktif sebagai konsultan profesional di sejumlah lembaga internasional.

Setelah memilih pensiun dini tahun 1994, Alizar kemudian bergabung menjadi konsultan di sejumlah lembaga internasional, diantara adalah Bank Dunia, ADB, USAID, DFID, CIDA, dan lain-lain.

Selain itu, ia juga menjadi dosen di Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna, sebuah sekolah yang dikelola oleh yayasan milik Kementerian Pekerjaan Umum.

Tahun 2011, ia bersama jejaringnya mendirikan IAP2 Indonesia Affiliate, sebuah lembaga internasional yang bekerja untuk memperkuat partisipasi publik. Ia juga mendirikan sebuah yayasan untuk memperkuat isu-isu sustainability di Indonesia, yakni Anwar Muhammad Foundation (AMF) pada tahun 2012.

***

Alizar Anwar adalah sosok yang pernah hidup di tiga zaman: Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi. Alizar kecil dan remaja masih ingat suasana kehidupan politik era Orde Lama. Saat itu, ia masih sangat familiar dengan sejumlah tokoh politik dan para pendiri bangsa seperti Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir, Khairul Saleh, DN. Aidit, dan sebagainya.

Ia ingat sekali bagaimana orang berbondong-bondong ke lapangan terbuka saat Bung Karno datang, hanya untuk mendengarkan pidato si Bung Besar ini. Saat transisi politik dari Orde Lama ke Orde Baru, Alizar masih menjadi mahasiswa di ITB. Ia ikut terlibat dalam memperkuat transisi politik ini di kampusnya.

***

Layar laptop masih tampak terang. Wajah itu masih serius melihat baris-baris tulisan yang diketiknya. Di usianya yang sudah senja, ia masih tampak segar dan sangat bersemangat. “Ini cara saya supaya tetap sehat”, kata Alizar saat itu.

Di usianya yang sudah senja, Alizar terus bekerja sambil belajar. Saat ini, ia masih dipercaya dan bekerja sebagai konsultan di sebuah proyek Bank Dunia. Pada saat bersamaan, ia juga sedang berproses menyelesaikan disertasinya.

Luar biasa. Selamat Pak Alizar. Semoga disertasinya segera selesai. Amin YRA!

(Yusdi Usman, Depok, 7/2/2021)